Perlukah Berdoa?

Tulisan ini saya beri judul “perlukah berdoa?” karena saya ingin meluruskan diri saya dan siapapun anda yang membaca tulisan ini tentang “berdoa”.

Umumnya orang: saya, anda, dan banyak orang lainnya, berdoa dikala ingin mencapai sesuatu, ingin agar hajatnya terpenuhi.

Lebih tepatnya, ketika seseorang berdoa, dia meyakini bahwa ada kekuatan lain yang berkuasa atas dirinya, ada kekuatan atau pihak lain yang mengatur kehidupannya, yang membantu dia mewujudkan apa yang dia inginkan.

Masing-masing dari kita tentu memiliki pengalaman masing-masing tentang berdoa.

Saya sendiri, yang paling saya ingat adalah ketika akan ujian sekolah sewaktu masih SD dulu. Ayah saya, Mohamad Ektono, mengajarkan agar saya berdoa untuk keberhasilan ujian sekolah saya. Doa yang beliau ajarkan ke saya tersebut masih selalu saya gunakan untuk berbagai keperluan sejenis. Dan peristiwa itu selalu saya kenang, dan akan selalu.

Masing-masing dari kita, tentu memiliki pengalaman berbeda tentang berdoa. Kapan anda pertama kali mengenal tentang doa, kapan anda pertama kali berdoa, siapakah yang mengajari anda untuk berdoa, tentu berbeda satu sama lainnya.

Apakah anda termasuk orang yang diajari untuk berdoa, ataukah secara tiba-tiba anda mengenal konsep berdoa, dimana keinginan berdoa itu muncul dari diri anda tanpa ada yang mengajarinya?

Ok, ok, saya tidak ingin fokus kepada anda, ataupun kepada orang lain, saya ingin fokus ke diri saya sendiri saja dulu pada kesempatan ini.

Doa dan Takdir

Apakah doa mempengaruhi takdir seseorang? tentu hanya Allah yang tau pasti akan jawaban dari pertanyaan ini, namun, berdasarkan apa yang saya pelajari yaitu pengetahuan yang Allah berikan kepada saya, maka jawabnya adalah “tidak”.

Setelah berpusing-pusing urusan qada dan qadar, saya mencapai pada kesimpulan saat ini bahwa doa seseorang tidak menyebabkan berubahnya takdir (atau qada mungkin? entahlah, saya kurang mendalami soal perbedaan istilah ini), tetapi seseorang berdoa karena takdir yang akan datang.

Bingung?

Leave a Comment